PAO

Sabtu, 21 April 2012

ARTI SEBUAH IMPLEMENTASI DALAM KEPEMIMPINAN


ARTI SEBUAH  IMPLEMENTASI DALAM KEPEMIMPINAN.
Pengertian kepemimpinan dari akar kata “pimpin” kita mengenal kata “pemimpin” dan “kepemimpinan”. “kepemimpinan” ditafsirkan sebagai hubungan yang  erat seorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama hubungan itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusia 
yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.
Di dalam konsep (manhaj) 2 Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat final dan fundamental.
Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat Islam. Dalam kehidupan berjama'ah, 
pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota tubuhnya.Ia memiliki  peranan  yang  strategis  dalam  pengaturan  pola  (minhaj) dan gerakan (harakah). Kecakapannya dalam memimpin akan mengarahkan ummatnya kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan ummat dengan iringan ridho Allah (Qs.2:207).
Dalam bangunan masyarakat Islami, pemimpin berada pada posisi yang menentukan terhadap perjalanan ummatnya. Apabila sebuah jama'ah memiliki seorang pemimpin yang prima, produktif dan inovatif dalam pengembangan dan pembangkitan daya juang dan kreativitas amaliyah, maka dapat dipastikan perjalanan ummatnya akan mencapai titik keberhasilan. dan sebaliknya, manakala suatu jama'ah dipimpin oleh orang yang memiliki banyak kelemahan, baik dalam hal keilmuan, manajerial, maupun dalam hal pemahaman dan nilai tanggung jawab, serta lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam pengambilan keputusan dan tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama'ah akan mengalami kemunduran, dan bahkan mengalami kehancuran  (Qs. 17 : 16)
Oleh karena itulah, Islam memandang bahwa kepemimpinan memiliki posisi yang sangat strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada dalam Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghofur (Qs. 34 : 15), yaitu masyarakat Islami yang dalam sistem kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam. Begitu pentingnya kepemimpinan atau imam dalam sebuah jama'ah atau kelompok, sampai-sampai Rasulullah bersabda yang maksudnya:
"Apabila kamu mengadakan perjalanan secara berkelompok, maka tunjuklah salah satunya sebagai imam (pemimpin perjalanan)."
Pemimpin pun menjadi salah satu pilar penting dalam upaya kebangkitan ummat. Islam yang telah dikenal memiliki minhajul hayat (konsep hidup) paling teratur dan sempurna dibandingkan konsep-konsep buatan dan olahan hasil rekayasa dan imajinasi otak manusia, telah menunjukkan nilainya yang universal dan dinamis dalam penyatuan seluruh komponen ummat (Qs. 21 : 92).
Demikian juga jika kita lihat dalam sejarah Islam (Tarikh Islam) mengenai pentingnya kedudukan pemimpin dalam kehidupan ummat muslim. Kita lihat dalam sejarah, ketika Rasulullah saw. wafat, maka para shahabat segera mengadakan musyawarah untuk menentukan seorang khalifah. Hingga jenazah Rasulullah pun harus tertunda penguburanya selama tiga hari. Para shahabat ketika itu lebih mementingkan terpilihnya pemimpin pengganti Rasulullah, karena kekhawatiran akan terjadinya ikhlilaf (perpecahan) di kalangan ummat muslim kala itu. Hingga akhirnya terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah saw. wafat.
Apabila kita kaitkan masalah yang terjadi dalam dinamika kepemimpinan kita saat ini sangat ironis sekali dimana untuk menduduki sebuah kursi jabatan kepemimpinan  berbagai cara mereka tempuh. Pemimpin-pemimpin “karbit” kerap bermunculan ke panggung politik. Partai tidak lagi menjadi proses pendidikan untuk menjadi pemimpin, partai hanya dijadikan kendaraan politik semata dengan uang sebagai motor penggeraknya. tidak jarang juga kepopuleran menjadi indikator penting sebagai salah satu yang dipaksakan.
Tidak berhenti disitu permasalahan lain dari kepemimpinan kita adalah kurang tegas dalam memimpin sehingga masyarakat menjadi bingung dengan pola kepemimpinan yang berkembang. ditambah lagi dengan bumbu-bumbu politik pencitraan yang menjadi landasan dalam bertindak. Sehingga jika permasalahan muncul membutuhkan waktu yang sangat lama untuk segera diantisipasi dan ditanggulangi.
Hal-hal lain yang juga mulai berkembang yaitu paradigma berpikir tentang seorang pemimpin. kecenderungan yang terjadi dalam pola kepemimpinan kita adalah menganggap dirinya sebagai “raja” yang harus disembah dan dipuja-puja. Ketika para pemimpin datang berkunjung maka blokade-blokade jalan dilakukan dengan dalih pengamanan yang bisa dianggap terlalu berlebihan.
Permasalahan kepemimpinan dan tantangan masa depan
Menjadi pemimpin tidak mudah. lebih sulit lagi menjadi pemimpin yang baik. sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka tidak layak menjadi seorang pemimpin. 
Hanya bermodalkan ambisi yang besar dan menjadi modal satu-satunya . Untuk melihat bagimana kondisi kepemimpinan Indonesia saat ini, ada salah satu pendapat yang dilontarkan oleh Ketua DPR-RI saat sidang dilangsungkan pada tahun 1992. Salah satu poin menarik (dalam Opini Faturochman di Kompas 15/9/1992) dari ketua DPR-RI Kharis Suhud dikatakan antara lain, bahwa ada penurunan keteladanan kepemimpinan yang terjadi sekarang.
 Apa gerangan tiba-tiba seorang pemimpin dan wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif berujar seperti demikian. Tentu perkataan ini tidak langsung secara tiba-tiba dikatakan olehnya dalam sidang terhormat dan ini mungkin sudah melewati proses yang panjang hingga terlontar kalimat seperti itu. Bagimana dengan kondisi saat ini ? Sepertinya pendapat ini masih relevan dengan kondisi kepemimpinan yang terjadi dalam bangsa ini meskipun “usianya” telah 18 tahun yang lalu diucapkan.
Hal ini cukup beralasan mengingat permasalahan yang terjadi di bangsa ini seperti korupsi, penggunaan kekuasaan untuk kepentingan tertentu, kasus kekerasan dan tindak terororisme dan sampai pada etika anggota dewan yang sangat tidak beralasan menonton video porno saat sidang berlangsung, hal ini sangguh menampar wajah bangsa. kejadian seperti ini seperti tidak kunjung usai untuk segera dituntaskan.
ditambah lagi mulai semakin maraknya aksi-aksi demo menolak kepemimpinan yang terjadi akhir-akhir ini semakin memperkuat indikasi bahwa ada sesuatu yang tidak diinginkan masyarakat dari sosok seorang pemimpin. Statement-statment mengenai “krisis kepercayaan” yang mulai berkembang di masyarakat mulai diangkat dalam diskusi-diskusi yang dilakukan stasiun televisi. Lagi-lagi ini memperkuat bahwa krisis kepemimpinan mulai menjadi eforia gunung es yang sewaktu-waktu akan meledak dan akan menimbulkan terulangnya kembali reformasi yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Peristiwa ini masih merupakan sekelumit masalah yang sebenarnya masih banyak terjadi di dalam masyarakat dan  semoga menjadi cerminan para pemimipin yang ada di negeri ini, akan tetapi sebuah harapan sangat dibutuhkan lahirnya sosok seorang pemimpin yang berani, tegas dan bijaksana untuk memimpin bangsa ini.
Selain itu, tantangan terberat bagi seorang pemimpin, menurut Locke adalah menanamkan visi yang sudah dikembangkan kepada anggota organisasi. Ini merupakan hal esensial yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin kepada anggota-anggotanya sehingga segenap anggota dapat mengerti dan memahami visi yang menjadi tujuan organisasi atau perusahaan yang mereka ikuti.terutama dalam tataran pemerintahan, dengan mengetahui visi maka segenap tindakan para anggota menuju ke arah tercapainya visi tersebut. tidak hanya itu, pemimpin mempunyai kewajiban lain yaitu menghidupkan dan memberi energi pada visi agar dapat menjadi roh seluruh anggota organisasi
Solusi pemecahan
Karena pemimpin merupakan sesuatu yang tidak dibawa lahir, maka dari itu sistem pendidikan akan membawa andil besar dalam menjawab kebutuhan pemimpin yang mengerti setiap masalah yang terjadi dan dapat memberikan kontribusi dalam penyelesaiannya.
Sehingga seorang pemimpin seharusnya dapat membuka mata dan pikiran agar setiap masalah yang berkembang dapat diatasi dengan baik. Untuk mewujudkan hal ini maka dibutuhkan seorang pemimpin untuk mau belajar tidak hanya dalam lingkup pendidikan resmi atau formal namun juga pendidikan non formal. bahwa tantangan seorang pemimpin semakin kompleks dan rumit untuk itu seorang pemimpinan sekarang tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan.
Pemimpin zaman sekarang harus belajar, harus membaca, harus mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai soal yang menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Selain itu, pemimpin juga harus memiliki kredibilitas dan integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinannya. Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur yang akan menjadi cermin atau bahan tertawaan dalam kurun sejarah kelak dikemudian hari.

Posting :Hilmi Husada, Kabid PAO HMI Cabang Tasikmalaya
Nara Sumber : Sejarah kebudayaan Islam (Tarikh Islam) ,Harian Kompas

1 komentar:

  1. Manakala Hidupmu Tampak Susah Untuk Dijalani...

    Seorang professor berdiri di depan
    kelas filsafat dan mempunyai
    beberapa barang di depan mejanya.

    Saat kelas dimulai, tanpa
    mengucapkan sepatah kata, dia
    mengambil sebuah toples mayones
    kosong yang besar dan mulai mengisi
    dengan bola-bola golf.

    Kemudian dia berkata pada para
    muridnya, apakah toples itu sudah
    penuh? Mahasiswa menyetujuinya.

    Kemudian professor mengambil sekotak
    batu koral dan menuangkannya ke
    dalam toples. Dia mengguncang dengan
    ringan. Batu-batu koral masuk,
    mengisi tempat yang kosong di antara
    bola-bola golf.

    Kemudian dia bertanya pada para
    muridnya, Apakah toples itu sudah
    penuh? Mereka setuju bahwa toples
    itu sudah penuh.

    Selanjutnya profesor mengambil
    sekotak pasir dan menebarkan ke
    dalam toples...

    Tentu saja pasir itu menutup segala
    sesuatunya. Profesor sekali lagi
    bertanya apakah toples sudah penuh?

    Para murid dengan suara bulat
    berkata, "Yaa!"

    Profesor kemudian menyeduh dua
    cangkir kopi dari bawah meja dan
    menuangkan isinya ke dalam toples,
    dan secara efektif mengisi ruangan
    kosong di antara pasir.

    Para murid tertawa...

    "Sekarang," kata profesor ketika
    suara tawa mereda, "Saya ingin
    kalian memahami bahwa toples ini
    mewakili kehidupanmu."

    "Bola-bola golf adalah hal-hal yang
    penting - Tuhan, keluarga, anak-anak,
    kesehatan, teman dan para
    sahabat. Jika segala sesuatu hilang
    dan hanya tinggal mereka, maka
    hidupmu masih tetap penuh."

    "Batu-batu koral adalah segala hal
    lain, seperti pekerjaanmu, rumah
    dan mobil."

    "Pasir adalah hal-hal yang lainnya
    - hal-hal yg sepele."

    "Jika kalian pertama kali memasukkan
    pasir ke dalam toples," lanjut
    profesor, "Maka tidak akan tersisa
    ruangan untuk batu koral ataupun
    untuk bola-bola golf. Hal yang sama
    akan terjadi dalam hidupmu."

    "Jika kalian menghabiskan energi
    untuk hal-hal sepele, kalian tidak
    akan mempunyai ruang untuk hal-hal
    yang penting buat kalian"

    "Jadi..."

    "Berilah perhatian untuk hal-hal
    yang kritis untuk kebahagiaanmu.
    Bermainlah dengan anak-anakmu.
    Luangkan waktu untuk check up
    kesehatan.

    Ajak pasanganmu untuk keluar makan
    malam. Akan selalu ada waktu untuk
    membersihkan rumah, dan memperbaiki
    mobil atau perabotan."

    "Berikan perhatian terlebih dahulu
    kepada bola-bola golf - Hal-hal
    yang benar-benar penting. Atur
    prioritasmu. Baru yang terakhir,
    urus pasir-nya."

    Salah satu murid mengangkat tangan
    dan bertanya, "Kalau Kopi yg
    dituangkan tadi mewakili apa?"

    Profesor tersenyum, "Saya senang
    kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan
    kepada kalian, sekalipun hidupmu
    tampak sudah begitu penuh, tetap
    selalu tersedia tempat untuk
    secangkir kopi bersama sahabat" :-)

    BalasHapus