ARTI SEBUAH IMPLEMENTASI DALAM KEPEMIMPINAN.
Pengertian
kepemimpinan dari akar kata “pimpin” kita mengenal kata “pemimpin” dan
“kepemimpinan”. “kepemimpinan” ditafsirkan sebagai hubungan yang erat seorang dan sekelompok manusia karena
adanya kepentingan bersama hubungan itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju
dan terbimbing dari manusia
yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasanya
disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang
mengikutinya disebut yang dipimpin.
Di dalam
konsep (manhaj) 2
Islam, pemimpin merupakan hal yang sangat
final dan fundamental.

Ia menempati posisi tertinggi dalam bangunan masyarakat
Islam. Dalam kehidupan berjama'ah,
pemimpin ibarat kepala dari seluruh anggota
tubuhnya.Ia memiliki peranan yang strategis
dalam pengaturan pola (minhaj)
dan gerakan (harakah). Kecakapannya dalam memimpin akan mengarahkan ummatnya
kepada tujuan yang ingin dicapai, yaitu kejayaan dan kesejahteraan ummat dengan
iringan ridho Allah (Qs.2:207).
Dalam bangunan
masyarakat Islami, pemimpin berada pada posisi yang menentukan terhadap
perjalanan ummatnya. Apabila sebuah jama'ah memiliki seorang pemimpin yang prima,
produktif dan inovatif dalam pengembangan dan pembangkitan daya juang dan
kreativitas amaliyah, maka dapat dipastikan perjalanan ummatnya akan mencapai
titik keberhasilan. dan sebaliknya, manakala suatu jama'ah dipimpin oleh orang yang
memiliki banyak kelemahan, baik dalam hal keilmuan, manajerial, maupun dalam
hal pemahaman dan nilai tanggung jawab, serta lebih mengutamakan hawa nafsunya dalam
pengambilan keputusan dan tindakan, maka dapat dipastikan, bangunan jama'ah
akan mengalami kemunduran, dan bahkan mengalami kehancuran (Qs. 17 : 16)
Oleh karena
itulah, Islam memandang bahwa kepemimpinan memiliki posisi yang sangat
strategis dalam terwujudnya masyarakat yang berada dalam Baldatun Thoyyibatun
Wa Robbun Ghofur (Qs. 34 : 15), yaitu masyarakat Islami yang dalam sistem
kehidupannya menerapkan prinsip-prinsip Islam. Begitu pentingnya kepemimpinan
atau imam dalam sebuah jama'ah atau kelompok, sampai-sampai Rasulullah bersabda
yang maksudnya:
"Apabila
kamu mengadakan perjalanan secara berkelompok, maka tunjuklah salah satunya
sebagai imam (pemimpin perjalanan)."
Pemimpin pun
menjadi salah satu pilar penting dalam upaya kebangkitan ummat. Islam yang
telah dikenal memiliki minhajul hayat (konsep hidup) paling teratur dan
sempurna dibandingkan konsep-konsep buatan dan olahan hasil rekayasa dan imajinasi
otak manusia, telah menunjukkan nilainya yang universal dan dinamis dalam
penyatuan seluruh komponen ummat (Qs. 21 : 92).
Demikian juga
jika kita lihat dalam sejarah Islam (Tarikh Islam) mengenai pentingnya
kedudukan pemimpin dalam kehidupan ummat muslim. Kita lihat dalam sejarah,
ketika Rasulullah saw. wafat, maka para shahabat segera mengadakan musyawarah
untuk menentukan seorang khalifah. Hingga jenazah Rasulullah pun harus tertunda
penguburanya selama tiga hari. Para shahabat ketika itu lebih mementingkan
terpilihnya pemimpin pengganti Rasulullah, karena kekhawatiran akan terjadinya
ikhlilaf (perpecahan) di kalangan ummat muslim kala itu. Hingga akhirnya
terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah yang pertama setelah Rasulullah saw.
wafat.
Apabila kita
kaitkan masalah yang terjadi dalam dinamika kepemimpinan kita saat ini sangat
ironis sekali dimana untuk menduduki sebuah kursi jabatan kepemimpinan berbagai cara mereka tempuh. Pemimpin-pemimpin
“karbit” kerap bermunculan ke panggung politik. Partai tidak lagi menjadi
proses pendidikan untuk menjadi pemimpin, partai hanya dijadikan kendaraan
politik semata dengan uang sebagai motor penggeraknya. tidak jarang juga
kepopuleran menjadi indikator penting sebagai salah satu yang dipaksakan.
Tidak
berhenti disitu permasalahan lain dari kepemimpinan kita adalah kurang tegas
dalam memimpin sehingga masyarakat menjadi bingung dengan pola kepemimpinan
yang berkembang. ditambah lagi dengan bumbu-bumbu politik pencitraan yang
menjadi landasan dalam bertindak. Sehingga jika permasalahan muncul membutuhkan
waktu yang sangat lama untuk segera diantisipasi dan ditanggulangi.
Hal-hal lain
yang juga mulai berkembang yaitu paradigma berpikir tentang seorang pemimpin. kecenderungan
yang terjadi dalam pola kepemimpinan kita adalah menganggap dirinya sebagai
“raja” yang harus disembah dan dipuja-puja. Ketika para pemimpin datang
berkunjung maka blokade-blokade jalan dilakukan dengan dalih pengamanan yang
bisa dianggap terlalu berlebihan.
Permasalahan
kepemimpinan dan tantangan masa depan
Menjadi
pemimpin tidak mudah. lebih sulit lagi menjadi pemimpin yang baik. sayangnya,
banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka tidak layak menjadi seorang
pemimpin.
Hanya bermodalkan ambisi yang besar dan menjadi modal satu-satunya .
Untuk melihat bagimana kondisi kepemimpinan Indonesia saat ini, ada salah satu
pendapat yang dilontarkan oleh Ketua DPR-RI saat sidang dilangsungkan pada
tahun 1992. Salah satu poin menarik (dalam Opini Faturochman di Kompas
15/9/1992) dari ketua DPR-RI Kharis Suhud dikatakan antara lain, bahwa ada
penurunan keteladanan kepemimpinan yang terjadi sekarang.
Apa gerangan
tiba-tiba seorang pemimpin dan wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif
berujar seperti demikian. Tentu perkataan ini tidak langsung secara tiba-tiba
dikatakan olehnya dalam sidang terhormat dan ini mungkin sudah melewati proses
yang panjang hingga terlontar kalimat seperti itu. Bagimana dengan kondisi saat
ini ? Sepertinya pendapat ini masih relevan dengan kondisi kepemimpinan yang
terjadi dalam bangsa ini meskipun “usianya” telah 18 tahun yang lalu diucapkan.
Hal ini cukup
beralasan mengingat permasalahan yang terjadi di bangsa ini seperti korupsi,
penggunaan kekuasaan untuk kepentingan tertentu, kasus kekerasan dan tindak
terororisme dan sampai pada etika anggota dewan yang sangat tidak beralasan
menonton video porno saat sidang berlangsung, hal ini sangguh menampar wajah
bangsa. kejadian seperti ini seperti tidak kunjung usai untuk segera
dituntaskan.
ditambah lagi
mulai semakin maraknya aksi-aksi demo menolak kepemimpinan yang terjadi
akhir-akhir ini semakin memperkuat indikasi bahwa ada sesuatu yang tidak
diinginkan masyarakat dari sosok seorang pemimpin. Statement-statment mengenai
“krisis kepercayaan” yang mulai berkembang di masyarakat mulai diangkat dalam
diskusi-diskusi yang dilakukan stasiun televisi. Lagi-lagi ini memperkuat bahwa
krisis kepemimpinan mulai menjadi eforia gunung es yang sewaktu-waktu akan
meledak dan akan menimbulkan terulangnya kembali reformasi yang terjadi
beberapa tahun yang lalu. Peristiwa ini masih merupakan sekelumit masalah yang
sebenarnya masih banyak terjadi di dalam masyarakat dan semoga menjadi cerminan para pemimipin yang
ada di negeri ini, akan tetapi sebuah harapan sangat dibutuhkan lahirnya sosok
seorang pemimpin yang berani, tegas dan bijaksana untuk memimpin bangsa ini.
Selain itu, tantangan
terberat bagi seorang pemimpin, menurut Locke adalah menanamkan visi yang sudah
dikembangkan kepada anggota organisasi. Ini merupakan hal esensial yang harus
dilakukan oleh seorang pemimpin kepada anggota-anggotanya sehingga segenap
anggota dapat mengerti dan memahami visi yang menjadi tujuan organisasi atau
perusahaan yang mereka ikuti.terutama dalam tataran pemerintahan, dengan
mengetahui visi maka segenap tindakan para anggota menuju ke arah tercapainya
visi tersebut. tidak hanya itu, pemimpin mempunyai kewajiban lain yaitu
menghidupkan dan memberi energi pada visi agar dapat menjadi roh seluruh
anggota organisasi
Solusi pemecahan
Karena pemimpin
merupakan sesuatu yang tidak dibawa lahir, maka dari itu sistem pendidikan akan
membawa andil besar dalam menjawab kebutuhan pemimpin yang mengerti setiap
masalah yang terjadi dan dapat memberikan kontribusi dalam penyelesaiannya.
Sehingga seorang
pemimpin seharusnya dapat membuka mata dan pikiran agar setiap masalah yang
berkembang dapat diatasi dengan baik. Untuk mewujudkan hal ini maka dibutuhkan
seorang pemimpin untuk mau belajar tidak hanya dalam lingkup pendidikan resmi
atau formal namun juga pendidikan non formal. bahwa tantangan seorang pemimpin
semakin kompleks dan rumit untuk itu seorang pemimpinan sekarang tidak cukup
lagi hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan.
Pemimpin zaman
sekarang harus belajar, harus membaca, harus mempunyai pengetahuan mutakhir dan
pemahamannya mengenai berbagai soal yang menyangkut kepentingan orang-orang
yang dipimpin. Selain itu, pemimpin juga harus memiliki kredibilitas dan
integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinannya. Kalau
tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur yang akan menjadi cermin
atau bahan tertawaan dalam kurun sejarah kelak dikemudian hari.
Posting :Hilmi Husada, Kabid
PAO HMI Cabang Tasikmalaya
Nara Sumber : Sejarah
kebudayaan Islam (Tarikh Islam) ,Harian Kompas
Manakala Hidupmu Tampak Susah Untuk Dijalani...
BalasHapusSeorang professor berdiri di depan
kelas filsafat dan mempunyai
beberapa barang di depan mejanya.
Saat kelas dimulai, tanpa
mengucapkan sepatah kata, dia
mengambil sebuah toples mayones
kosong yang besar dan mulai mengisi
dengan bola-bola golf.
Kemudian dia berkata pada para
muridnya, apakah toples itu sudah
penuh? Mahasiswa menyetujuinya.
Kemudian professor mengambil sekotak
batu koral dan menuangkannya ke
dalam toples. Dia mengguncang dengan
ringan. Batu-batu koral masuk,
mengisi tempat yang kosong di antara
bola-bola golf.
Kemudian dia bertanya pada para
muridnya, Apakah toples itu sudah
penuh? Mereka setuju bahwa toples
itu sudah penuh.
Selanjutnya profesor mengambil
sekotak pasir dan menebarkan ke
dalam toples...
Tentu saja pasir itu menutup segala
sesuatunya. Profesor sekali lagi
bertanya apakah toples sudah penuh?
Para murid dengan suara bulat
berkata, "Yaa!"
Profesor kemudian menyeduh dua
cangkir kopi dari bawah meja dan
menuangkan isinya ke dalam toples,
dan secara efektif mengisi ruangan
kosong di antara pasir.
Para murid tertawa...
"Sekarang," kata profesor ketika
suara tawa mereda, "Saya ingin
kalian memahami bahwa toples ini
mewakili kehidupanmu."
"Bola-bola golf adalah hal-hal yang
penting - Tuhan, keluarga, anak-anak,
kesehatan, teman dan para
sahabat. Jika segala sesuatu hilang
dan hanya tinggal mereka, maka
hidupmu masih tetap penuh."
"Batu-batu koral adalah segala hal
lain, seperti pekerjaanmu, rumah
dan mobil."
"Pasir adalah hal-hal yang lainnya
- hal-hal yg sepele."
"Jika kalian pertama kali memasukkan
pasir ke dalam toples," lanjut
profesor, "Maka tidak akan tersisa
ruangan untuk batu koral ataupun
untuk bola-bola golf. Hal yang sama
akan terjadi dalam hidupmu."
"Jika kalian menghabiskan energi
untuk hal-hal sepele, kalian tidak
akan mempunyai ruang untuk hal-hal
yang penting buat kalian"
"Jadi..."
"Berilah perhatian untuk hal-hal
yang kritis untuk kebahagiaanmu.
Bermainlah dengan anak-anakmu.
Luangkan waktu untuk check up
kesehatan.
Ajak pasanganmu untuk keluar makan
malam. Akan selalu ada waktu untuk
membersihkan rumah, dan memperbaiki
mobil atau perabotan."
"Berikan perhatian terlebih dahulu
kepada bola-bola golf - Hal-hal
yang benar-benar penting. Atur
prioritasmu. Baru yang terakhir,
urus pasir-nya."
Salah satu murid mengangkat tangan
dan bertanya, "Kalau Kopi yg
dituangkan tadi mewakili apa?"
Profesor tersenyum, "Saya senang
kamu bertanya. Itu untuk menunjukkan
kepada kalian, sekalipun hidupmu
tampak sudah begitu penuh, tetap
selalu tersedia tempat untuk
secangkir kopi bersama sahabat" :-)