HMI dan Tantangan Global
Hilmi Husada
Hilmi Husada
Ketua
Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi (PAO)
HMI
Cabang Tasikmalaya
Minggu, 25
Nopember 2012
Tulisan ini sebagai refleksi bagi kader HMI se-indonesia khususnya se Wilayah Kerja cabang Tasikmalaya untuk melihat dinamika sejarah perjuangan HMI dalam meneguhkan tujuan (mission HMI) Disamping itu tulisan ini di khususkan teruntuk kanda Lafran Pane sebagai pelopor pendirinya HMI yang berulang tahun pada 5 februari 1922 M di Padang Sidempuan.
HMI merupakan Organisasi Kader yang
berdiri sejak 05 Februari 1947. pendirinya adalah Lafran Pane seorang pemuda
yang sederhana di UI Yogyakarta. Latar belakang berdirinya adalah melihat
kondisi Bangsa dan Ummat. Kondisi bangsa saat itu masih dalam trauma dan
mendapat goncangan pasca kemerdekaan, sehingga dibutuhkan perjuangan kembali
untuk mempertahankan kemerdekaan. Kondisi keummatan pada masa itu, sehingga masih
banyak Ummat Islam sangat lemah terhadap pemahaman agama
secara kontekstual, sehingga dalam aplikasi kehidupan mereka lemah dalam segala
bidang. Dengan kondisi yang demikian, tergeraklah hati seorang Lafran Pane untuk mendirikan sebuah
Organisasi
( wadah ) untuk menjawab tantangan
yang terjadi pada masa itu.
Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi berazaskan islam yang bersifat
indefenden, berperan sebagai organisasi perjuangan, berfungsi sebagai
organisasi kader. Dalam proses dinamika sejarahnya, HMI selalu siap berjuang
untuk Mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta
Menegakkan dan mengembangkan ajaran islam. Misi dan tujuan HMI secara tersirat
dari latarbelang berdirinya HMI dan secara tersurat terformulasikan dalam
rumusan pertama tujuan HMI. Adapun rumusan tujuan HMI yang pertama adalah:
1.
Mempertahankan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
2.
Menegakkan dan mengembangkan ajaran islam.
Dari
dua rumusan tujuan awal HMI berdiri termanifestasikan secara utuh dalam
komitmen keindonesiaan dan keislaman HMI dalam pluralistiknya kehidupan
berbangsaan dan bernegara masyarakat Indonesia. Untuk merealisasikan gagasan
keislaman dan keindonesiaan itu, lafran pane mendirikan HMI pada tanggal 5
februari 1947 M. Sebagai alat untuk merealisasikan gagasan itu diperlukannya
sebuah wadah dalam bingkai organisasi mahasiswa islam (HMI). Dengan kata lain
organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan HMI yang pertama tadi.
HMI
ketika didirikan mempunya 3 komitmen tentang wawasan keislaman, keindonesiaan
dan kemahasiswaan, yang termanifestasikan dalam tujuan HMI yang pertama,
berikut penjelasan ke 3 wawasan (komitmen) HMI:
1.
Wawasan ke indonesiaan
Wawasan
ini terlihat dari tujuan HMI yang pertama; Mempertahankan NKRI dan
mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Yang memuat 5 pemikiran
(1).
aspek politik membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan
(2)
aspek pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa
(3)
aspek ekonomi mensejahtrakan kehidupan rakyat
(4)
aspek budaya membangun budaya-budaya yang sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia
(5)
Aspek hokum membangun hokum yang sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia.
2.
Wawasan keislaman
Wawasan
ini terlihat dari tujuan HMI yang kedua; Menegakkan dan mengembangkan ajaran
islam. Yang mengandung tiga pemikiran; (1)pengamalan ajaran islam secara
utuh dan benar sesuai dengan tuntutan al-Quran dan al-Hadis (2) keharusan
pembaharuan pemikiran dalam islam(3)pelaksanaan dan pengembangan dakwah islam.
3.
Wawasan kemahasiswaan
Wawasan
ini menekankan bahwa HMI adalah organisasi kemahasiswaan yang berorientasi
kepada keilmuan dengan kewajiban menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi sebagai kunci kemajuaan demi terwujudnya intelektual islam.
Pembangunan Indonesia jauh lebih berat dari pada sekedar merebut kemerdekaan.
Karena itu perlu dibina dan di kembangkan calon cendikiawan yang memiliki
pengetahuan luas disegala bidang dengan dasar iman dan taqwa kepada Allah SWT,
bagi kepentingan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi allah SWT.
Oleh
sebab itu setiap kader HMI memiliki kewajiban menuntut dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai kunci kemajuan dan bersedia mengamalkannya
dengan ikhlas sebagai ikhtiar untuk membangun bangsa dan Negara serta mengabdi
kepada umat uapaya terciptanya masyarakat adil dan makmur sesuai amanat UUD 45.
Melihat
itu semua pada kongres HMI KE 10 di palembang tanggal 10 oktober 1971, berhasil
dirumuskan suatu putusan yakni tentang tafsir tujuan HMI. Tujuan yang jelas
diperlukan oleh suatu organisasi, sehingga setiap usaha yang dilakukan oleh
organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan terarah. Tujuan suatu
organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan
fungsinya dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa
Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber
nilai. Motivasi dan inspirasi
Pemantapan fungsi kekaderan HMI
ditambah dengan kenyataan bahwa bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga
intelektual yang memiliki keseimbangan hidup yang terpadu antara
pemenuhan tugas duniawi dan ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan
masyarakat, sehingga peranan kaum intelektual yang semakin besar dimasa
mendatang merupakan kebutuhan yang paling mendasar. Atas faktor tersebut, maka HMI
menetapkan tujuannya sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI yaitu :
“Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi Yang Bernafaskan Islam Dan
Bertanggung Jawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Diridhoi Allah Subhanahu Wataalah”.
Dengan
rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam
pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga
pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan
membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan
yang benar dan efektif.
Saat ini, HMI berusia 65 tahun. Sejak berdirinya hingga saat ini memiliki tantangan dan hambatan yang berbeda untuk melakukan perubahan. Mungkinkah HMI masih relevan sebagai wadah untuk melakukan sebuah perubahan menjadi insan paripurna ?? Pertanyaan tersebut patut mendapat perhatian khusus dari segenap aktivis HMI serta ketersikapan dalam pola perkaderan yang kompeten serta update mengikuti perkembangan jaman tanpa melanggar tafsir dan tujuan HMI sesuai yang ada di dalam Konstitusi demi tercapainya tujuan HMI sebagaimana terdapat dalam AD pasal 4 tujuan HMI
Kondisi
saat ini adalah sangat berbeda dengan kondisi masa lalu. Perjuangan HMI akan
memiliki tantangan yang lebih berat untuk melakukan perjuangan. Frame berfikir
masyarakat dan Mahasiswa pada umumnya sudah terkontaminasi oleh berbagai
pemikiran dan faham-faham dari luar yang liar. Selain itu sikap hedonis, apatis
dan opportunis yang menjadi tantangan HMI kedepan. Selain itu, diperparah
dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat tanpa diimbangi dengan pengetahuan
dan aqidah yang kuat. Sehingga kemajuan tersebut menjadi bumerang bagi Ummat
dan bangsa. Dengan demikian, perjuangan HMI dihadapkan dengan tantangan yang
kompleks, muali dari segi pemikiran dan
dunia serta berimbang dalam pemaknaan
Dunia IT (informasi Tehnologi)¹ untuk
mengembalikan kepada jalur dan fungsinya yang sesuai untuk kesejahteraan
bersama. Dengan demikian kesadaran kita dituntut untuk tidak menyalahgunakan Fungsi IT (informasi
Tehnologi) dan menumbuhkan kembali
moral bangsa yang telah tercemar oleh perbuatan yang tidak di inginkan.
Pertanyaan yang timbul adalah tindakan seperti apa yang kongkrit yang harus dilakukan oleh kader HMI untuk menjawab tantangan global tersebut ? Jawabannya sederhana dengan mempersiapkan kader yang memiliki kemampuan di segala bidang sesuai dengan Subtansi dari Konstitusi AD Bab II Pasal 3, 4,5dan 6 ² serta memperkuat nilai ideologi, nilai keislaman dan ketauhidan untuk membentengi perjuangan kedepan. Tidak cukup Kader HMI hanya menguasai Iptek perlu adanya keseimbangan nilai ketauhidan jika tidak maka akan mengakibatkan kepincangan dan penyelewengan yang terjadi. Namun, apabila Iptek dan Imtaq sejalan dan seimbang akan menghasilkan sebuah kemaslahatan bersama. Namun apabila itu tidak bisa dilakukan, apakah HMI masih layak untuk dipertahankan ? Apabila kader dan anggota HMI sudah tidak lagi memiliki ghirah atau ruh ke-HMI-an ? Saat ini kader HMI banyak yang tidak faham dengan
Pertanyaan yang timbul adalah tindakan seperti apa yang kongkrit yang harus dilakukan oleh kader HMI untuk menjawab tantangan global tersebut ? Jawabannya sederhana dengan mempersiapkan kader yang memiliki kemampuan di segala bidang sesuai dengan Subtansi dari Konstitusi AD Bab II Pasal 3, 4,5dan 6 ² serta memperkuat nilai ideologi, nilai keislaman dan ketauhidan untuk membentengi perjuangan kedepan. Tidak cukup Kader HMI hanya menguasai Iptek perlu adanya keseimbangan nilai ketauhidan jika tidak maka akan mengakibatkan kepincangan dan penyelewengan yang terjadi. Namun, apabila Iptek dan Imtaq sejalan dan seimbang akan menghasilkan sebuah kemaslahatan bersama. Namun apabila itu tidak bisa dilakukan, apakah HMI masih layak untuk dipertahankan ? Apabila kader dan anggota HMI sudah tidak lagi memiliki ghirah atau ruh ke-HMI-an ? Saat ini kader HMI banyak yang tidak faham dengan
1. Mengapa HMI lahir dan untuk apa HMI
lahir ?
2. Apa konsekwensi ketika kita memilih
HMI sebagai wadah kita berjuang ?
Dengan memahami hal tersebut maka arah
pergerakan kader HMI akan jelas.
terhadap persoalan kader HMI sekarang ³ yang tidak terlepas dari pergolakan zaman yang begitu pesat. Penjajahan Hari ini bukan angkat senjata maupun kontak fisik secara langsung, namun penjajahan saat ini adalah penjajahan dari dalam atau sering disebut pola fikir maupun pemikiran. Pemikiran yang banyak masuk dalam dunia Islam membuat banyak kebimbangan dan keraguan terhadap Islam itu sendiri, sehingga terjadi pendangkalan aqidah dimana-mana. Selain itu, penjajahan dari mode, IT dan lain sebagainya juga semakin merebak. Inilah realita kehidupan saat ini. Bagai mana kader HMI menghadapinya dan untuk menjawab semua tantangan tersebut ? Tentu bukanlah perkara yang mudah. Dengan segenap pengetahuan yang minim dan pemahaman yang dangkal sungguh sangat mustahil untuk mengatasi semua tersebut. Namun, saat ini bagaimana seorang kader HMI untuk mempersiapkan dari segi mental dan keilmuan sebanyak mungkin agar siap untuk melakukan perubahan dan meminimalisir penjajahan yang disebutkan diatas. Dengan hal ini, setidaknya mengantisipasi terhadap diri kita sendiri, barulah kita akan membantu saudara kita yang notabene sedang terjajah namun tidak menyadarinya.
terhadap persoalan kader HMI sekarang ³ yang tidak terlepas dari pergolakan zaman yang begitu pesat. Penjajahan Hari ini bukan angkat senjata maupun kontak fisik secara langsung, namun penjajahan saat ini adalah penjajahan dari dalam atau sering disebut pola fikir maupun pemikiran. Pemikiran yang banyak masuk dalam dunia Islam membuat banyak kebimbangan dan keraguan terhadap Islam itu sendiri, sehingga terjadi pendangkalan aqidah dimana-mana. Selain itu, penjajahan dari mode, IT dan lain sebagainya juga semakin merebak. Inilah realita kehidupan saat ini. Bagai mana kader HMI menghadapinya dan untuk menjawab semua tantangan tersebut ? Tentu bukanlah perkara yang mudah. Dengan segenap pengetahuan yang minim dan pemahaman yang dangkal sungguh sangat mustahil untuk mengatasi semua tersebut. Namun, saat ini bagaimana seorang kader HMI untuk mempersiapkan dari segi mental dan keilmuan sebanyak mungkin agar siap untuk melakukan perubahan dan meminimalisir penjajahan yang disebutkan diatas. Dengan hal ini, setidaknya mengantisipasi terhadap diri kita sendiri, barulah kita akan membantu saudara kita yang notabene sedang terjajah namun tidak menyadarinya.
Maka dari itu, persiapkanlah diri sedini mungkin agar dapat mempersiapkan serta menghasilkan generasi yang berkualitas. Berkualitas bagi diri dan bermanfaat bagi orang lain. Besar harapannya adalah HMI semakin jaya dan dapat menjawab kebutuhan dan tantangan zaman saat ini.
Yakin usaha sampai
Catatan Kaki
¹.Hilmihusada.wordpress.com
². BAB II
ASAS TUJUAN,
USAHA DAN SIFAT
Pasal 3 : HMI Berazaskan
Islam.
Pasal 4 : Tujuan yang ingin dicapai adalah
terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan Ulul Albab yang turut bertanggungjawab
atas terwujudnya tatanan masyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.
Pasal 5 : Pencapaian tujuan
dilakukan dengan usaha organisasi berupa:
a. Membina mahasiswa Islam untuk menuju tercapainya
Insan Mu’abbid, Mujahid, Mujtahid, dan Mujaddid;
b.
Mengembangkan potensi kreatif terhadap berbagai aspek kehidupan;
c. Mengambil peran aktif dan mewarnai dunia
kemahasiswaan, perguruan tinggi dan kemasyarakatan dengan inisiatif,
partisipasi yang konstruktif, kreatif sehingga tercapainya nuansa yang Islami;
d. Memajukan kehidupan umat Islam dan masyarakat pada
umumnya sebagai implementasi rahmatan lil’alamin;
e. Membangun kerjasama dengan organisasi Islam lainnya
dan organisasi lainnya yang berlandaskan pada nilai kemanusiaan, kebenaran dan
keadilan;
f.
Usaha-usaha lain yang sesuai dengan asas organisasi dan berguna untuk mencapai
tujuan.
Pasal 6 : Himpunan Mahasiswa Islam
bersifat Independen
DI Tetapkan dalam KONGRES
HMI Ke 27 2 BAB II
³. Pemikiran
Hmi Dan Relevansinya Dengan Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Agussalim Sitompul, 2004,Jakarta, Integrita Press